Saturday, June 30, 2012

Manusia & Tanggung Jawab

Kisah Tentang Tanggung Jawab

Pagi itu semua beraktivitas seperti biasanya, seluruh anggota keluarga bersiap untuk menjalankan aktivitas kesehariannya masing-masing. Ada yang sedang mandi, ada yang sedang sarapan, dan ada yang sedang membereskan buku yang akan dibawa kesekolah. Sampai akhirnya, waktu menunjukkan pukul 06.30 WIB, Ayah berangkat ke kantor, Lola dan Loli berangkat ke sekolah bersama sama, sedangkan I
bu berbelanja ke warung sayur untuk membeli sayur sayur yang akan dimasak hari itu.
Tidak ada perasaan aneh yang menyelimuti perasaan mereka. Lola dan Loli berangkat kesekolah seperti biasa dengan mengendarai sepeda motor. Perjalanan dari rumah lancar lancar saja, tapi tiba tiba mereka terjatuh, letaknya tidak jauh dari sekolah Loli, motor mereka terjatuh karena keserempet oleh motor lain. Seketika orang orang disekitar tempat kejadian langsung menolong Lola dan Loli.
Dan karena kaki kedua kakak beradik itu luka, mereka pun tidak bisa melanjutkan perjalanan kesekolah. Akhirnya Lola dan Loli diantar pulang oleh tukang ojek.
Sesampainya dirumah, si Ibu pun kaget, melihat kedua anaknya yang pulang diantar oleh ojek. Karena biasanya jam segitu mereka belum pulang, bahkan sampai di sekolah pun belum. Dan setelah mendengar cerita kedua anak mereka, sang Ibu langsung menangis, karena kedua anaknya tidak bisa pergi kesekolah hari itu, padahal hari itu ada ulangan. Terlebih lagi, saat si Ibu melihat kaki kedua anaknya yang luka cukup parah. Tentu saja hal tersebut menambah kesedihan Ibu.
Si Ibu pun segera mengobati luka kedua anaknya tersebut, dan memanggil tukang urut untuk mengobati kaki kedua anaknya, karena beliau takut ada luka dalam.
Setelah berobat ke dokter, Lola dan Loli pun mendapat surat dari dokter, mereka harus beristirahat di rumah selama seminggu ke depan. Tentu saja Lola dan Loli sangat sedih, karena mereka tidak bisa mengikuti pelajaran sebagaimana biasa. Padahal selama seminggu ke depan mereka sedang UTS, dalam hati mereka, mereka sangat tidak mau mengikuti ulangan susulan.
Karena tekad yang kuat itulah, mereka berusaha keras untuk sembuh dari luka yang mereka alami. Dan benar saja, belum sampai seminggu mereka beristirahat di rumah, mereka sudah mamaksa untuk masuk sekolah. Sebenarnya kedua orangtua mereka melarang mereka, karena kondisi kesehatan mereka belum pulih benar. Akan tetapi, kalau kedua anak mereka memaksa, mau bilang apa lagi ? Mereka terpaksa menuruti kemauan dua anaknya.
Sebenarnya kaki Loli belum sembuh benar, luka di mata kakinya masih belum kering, kakinya masih bengkak. Karena hal itu dia tidak bisa menggunakan sepatu ke sekolah. Namun, hal ini tidak menyurutkan semangat Loli untuk pergi ke sekolah. Ia pergi kesekolah dengan menggunakan sandal.
Sesampainya di sekolah, saat turun dari kendaraan, kaki Loli pun masih sangat ngilu untuk di bawa berjalan. Namun, karena tekad dan rasa tanggung jawabnya yang besar kepada sekolah dan kedua orang tuanya. Ia berjalan menuju ruang kelas dengan menahan rasa yang amat sakit di kakinya.
Itu semua dia lakukan karena rasa tanggung jawabnya kepada kedua orang tua nya yang sudah menyekolahkan dia. Dalam hatinya dia bertekad, dia harus tetap bersekolah dan mendapat nilai maksimal, sekalipun dia ada dalam kondisi sakit. Begitu pula dengan Lola, dia tetap bersekolah, sebagai bentuk tanggung jawabnya kepada orang tua dan dirinya sendiri.

Analisa Kisah

Kisah di atas menunjukan rasa tanggung jawab kedua anak yang begitu besar terhadap orang tua dan dirinya sendiri, walaupun terlihat sedikit memaksakan diri tapi semua yang di lakukannya semata-mata untuk mempertanggung jawabkan kasih orang tuanya yang sudah menyekolahkannya. Untuk semua itu, rasa sakit pun di abaikan. Tanggung jawab adalah sifat terpuji yang mendasar dalam diri manusia. Selaras dengan fitrah. Tapi bisa juga tergeser oleh faktor eksternal. Setiap individu memiliki sifat ini. Ia akan semakin membaik bila kepribadian orang tersebut semakin meningkat. Ia akan selalu ada dalam diri manusia karena pada dasarnya setiap insan tidak bisa melepaskan diri dari kehidupan sekitar yang menunutut kepedulian dan tanggung jawab. Inilah yang menyebabkan frekwensi tanggung jawab masing-masing individu berbeda.
Dalam hidup ini rasa tanggung jawab sangatlah di butuhkan, tanpa rasa tanggung jawab hidup kita pasti akan berantakan dan orang-orang di sekitar kita pun tidak akan mempercayai kita. Kita hidup di dunia ini nantinya di akhirat akan di hadapkan dengan kondisi dimana kita harus mempertanggung jawabkan semua yang kita lakukan di dunia. "Everything is permitted" adalah salah satu maxim dari sebuah novel berjudul "Alamut" dan juga sebuah quote dari game pc favorite saya, artinya bukanlah kita bisa melakukan segala hal semau kita, Tapi saya memahami bahwa arti sebenarnya dari "Everything is permitted" adalah untuk memahami bahwa kita adalah arsitek dari perbuatan kita, bahwa kita harus hidup dengan semua konsekuensinya, dengan memahami itulah kita bisa hidup dengan penuh rasa tanggung jawab. 

Artikel Tentang Pengabdian 



Pengabdian Guru di Pedalaman Pulau Seram

Liputan6.com, Seram: Kisah heroik pahlawan tanpa tanda jasa selalu saja muncul di tengah kecamuk masalah negeri ini. Joris Lilimau adalah satu dari guru yang tak kenal lelah. Mulai dari memperjuangkan berdirinya sekolah hingga menjadi satu-satunya guru bagi anak-anak di suku Huaulu di Pulau Seram, Maluku Tengah. Dedikasi yang luar biasa inilah yang menjadikan Joris masuk kandidat peraih Liputan 6 Awards 2011.
Wilayah pengabdian Joris adalah kawasan pedalaman Taman Nasional Manusela. Butuh tujuh jam perjalanan darat dari Masohi, ibu kota Kabupaten Maluku Tengah, Maluku. Sejak lama kediaman suku Huaulu tersebut memang minim sarana pendidikan. Untunglah sejak 2008, Joris tergerak mengajar anak-anak Huaulu.
Sekarang, memang tidak semua warga suku Huaulu mengenal nama Joris Lilimau. Namun, semua kenal dengan sebutan lain untuk Joris, yakni Pak Guru. Maklum, di kampung suku Huaulu, Joris yang berusia 50 tahun adalah satu-satunya guru.
Suku Huaulu sama sekali tidak mengenal baca, tulis, dan berhitung. Anak-anak suku Huaulu hanya diajar berburu dan mengambil hasil hutan, membantu orangtua mereka memenuhi kebutuhan hidup.
Tantangan untuk Joris tidaklah mudah. Tetua adat harus lebih dulu diyakinkan bahwa pendidikan itu penting. Upaya lain merayu anak-anak Huaulu mau ke sekolah, misalnya dengan membagikan gula-gula. Bagaimanapun akhirnya upaya Joris dapat sambutan positif warga suku Huaulu.
Dua tahun setelah proses belajar-mengajar digelar di gubuk kayu, sebuah sekolah dasar kecil akhirnya dibangun. Dua ruang kelas untuk kelas satu sampai kelas tiga sekolah dasar. Hanya saja, tanpa buku dan alat-alat tulis. Tentu saja, fasilitas ini belum memadai.
Cita-cita Joris untuk anak-anak Huaulu tidaklah muluk. Joris cuma ingin melihat anak-anak suku Huaulu bisa membaca, menulis, dan berhitung. Terutama agar mereka mampu menggapai masa depan lebih baik.(ANS) 

Analisa Artikel

Dari Artikel diatas, bisa dilihat bahwa pengabdian seorang guru yang bernama joris ini benar-benar tulus dan luar biasa. Beliau rela mengabdikan hidupnya demi mengajar anak-anak suku Huaulu. Sungguh pengabdian pahlawan tanpa tanda jasa ini benar-benar mulia, dengan fasilitas yang benar-benar kurang beliau tetap semangat mengajar anak-anak suku huaulu. Kisah pengabdian dari bapak joris ini hanyalah segelintir pengabdian yang bisa dilakukan. Pengabdian artinya adalah melakukan sesuatu dengan tulus tanpa mengharapkan imbalan apa-apa, seperti pengabdian seorang ibu yang tulus menjaga dan mengasihi anak-anaknya. Kita semua berharap bahwasanya dalam hidup ini kita bisa mengabdi dengan tulus dan ikhlas kepada tuhan, orang tua, masyarakat, dan juga negara.

No comments:

Post a Comment